Malam di Sudirman

by - Friday, June 19, 2020

Photo by Jarrod Reed (unsplash.com)

Hari itu, Jakarta kala malam begitu sepi tidak seperti biasanya. Berbekal informasi jadwal commuter line yang samar-samar, saya memutuskan untuk pergi ke Stasiun Sudirman menuju rumah. Ini kali pertama saya pergi ke Stasiun Sudirman dari daerah Setiabudi.

Dari daerah Setiabudi, saya pergi menuju Halte Dukuh Atas menggunakan Bus TransJakarta (TJ). Sepertinya, ini kali pertama saya pergi menggunakan Bus TJ berwarna abu. Kondisi bus yang saya gunakan sangat buruk, berbeda sekali dengan Bus TJ berwarna merah yang masih terawat.

Sebenarnya, setelah sampai di Halte Dukuh Atas saya tidak tahu harus melewati jalan sebelah mana untuk mencapai stasiun. Untungnya kondisi jalanan tidak terlalu sepi dan masih terdapat beberapa petugas yang dapat menunjukkan jalan.

Berdasarkan informasi yang saya ingat, kereta menuju Sudimara paling malam adalah pukul sebelas. Namun sayangnya saya tidak tahu kalau kereta dari Sudirman yang menuju Tana Abang hanya sampai pukul setengah sepuluh malam saja. Dengan kata lain, saya ketinggalan kereta terakhir menuju Tana Abang untuk mendapatkan kereta menuju Sudimara.

Tapi cerita Malam di Sudirman tak sesederhana itu. Saat menuju stasiun saya bersama dengan seorang lelaki muda yang mendengarkan Payung Teduh sambil bersenandung kecil. Saya lupa bertanya namanya. Dia akan menuju Palmerah. Tetapi pada akhirnya kami sama-sama tidak mendapatkan kereta. Beberapa menit kemudian, datang juga seorang wanita muda yang bernasib sama dengan kami. Dengan sedikit perbincangan kecil, akhirnya kami bersama-sama memutuskan untuk pergi bersama dengan taksi menuju Stasiun Palmerah.

Percakapan yang hangat terjadi di taksi bersama orang-orang yang baru saya temui. Kami berbincang mengenai pekerjaan, juga kehidupan. Kami berasal dari tempat yang berbeda-beda, tapi bernasib sama dengan kereta.

You May Also Like

0 comments